Sejarah Berdirinya Arsenal FC

Arsenal berdiri atas jasa dua orang pemain Nottingham Forest, Fred Beardsley dan Morris Bates pada Oktober tahun 1886, dibantu oleh seorang penggila bola, David Danskin di sebuah pabrik perlengkapan militer Woolwich Arsenal Armament Factory Sebagai generasi pertama, direkrut 15 orang pekerja pabrik tsb sebagai pemain. Arsenal kala itu dikenal dengan nama Dial Square. Diambil dari nama penunjuk bayangan matahari yang terletak diatas pintu gerbang kompleks pabrik. Pada 11 Desember 1886, di sebuah lapangan yang disebut Isle of Dogs, Dial Square melakukan debut pertamanya, melawan klub Eastern Wanderers. Dial Square memenangi pertandingan itu dengan skor telak, 6-0. Pada malam natal 1886, seluruh anggota klub mengadakan pertemuan membahas nama klub, kostum dan home ground team. Akhirnya muncul nama Royal Arsenal, gabungan dari Royal Oak dan Woolwich Arsenal. Kemudian Berdsley menulis surat kepada klub lamanya, Forrest, untuk meminta bantuan kostum. Klub Forrest merespon permintaan itu dengan mengirimkan satu set kostum merah dan sebuah bola.

Sebagai basis home ground digunakan lapangan Plumstead Common. Pada tahun 1891, Royal Arsenal berganti nama menjadi Arsenal, seiring berubahnya status menjadi klub profesional.. Tahun 1913, Arsenal mulai mengikuti liga dan berpindah home ground ke Highbury. Di era 30-an, Arsenal memenangi 4 gelar liga, dimulai musim kompetisi 1930-31, dan berlanjut dengan hattrick 1932-33, 1933-34, dan 1934-35. Pada masa itu tercatat pemain-pemain yang memiliki nama besar di Inggris ikut memperkuat Arsenal, antara lain Alex James, Ted Draken, dan George Male.

Memasuki era 40-an, Arsenal kembali memenangi liga pada tahun 1947-48 dan 1952-53 dan piala FA tahun 1950. Pada tahun 1970, Arsenal meraih double, berkat juara liga 1970-71 dan piala FA. Diakhir era 80an, ketika mantan gelandang era 70-an, George Graham, menjabat sebagai manager, Arsenal menjuarai liga sekaligus FA pada tahun 1986-87.

Pada tahun 1993, Arsenal meraih piala Winner setelah mengalahkan wakil Italia, Parma. September 1996, Arsene Wenger menggantikan posisi Graham dan menjadi pelatih pertama yang menangani klub Inggris. Pada debutnya, Wenger berhasil mempersembahkan double, yaitu piala liga dan FA, dan mendapat penghargaan gelar The Carling Manager, sebagai manager terbaik.

Salah satu legenda Arsenal adalah stiker Ian Wright, yang telah mengkoleksi 185 gol sepanjang karirnya bersama Arsenal. Selain itu, masih ada legenda lain yang pernah memperkuat Arsenal, bahkan telah menjadi legenda di Inggris, David Seaman. Meski berposisi sebagai kiper, kontribusi Seaman tidak kalah pentingnya dibandingkan pemain-pemain lainnya. Dan baru-baru ini, Seaman memutuskan untuk mundur total dari dunia sepakbola. Dan jangan lupakan sang kapten yang sangat kharismatik dan menjadi tulang punggung tim Inggris, Tony Adams. Kini di generasi Arsene Wenger pun telah memunculkan legenda-legenda baru, seperti Dennis Bergkamp, Thierry Henry, Robert Pires, Patrick Viera, dan masih akan banyak lagi legenda-legenda yang akan menyusul

Tentang David Danskin, Salah Seorang Pendiri Arsenal FC

David Danskin umurnya baru 22 tahun ketika situasi memaksanya merantau dari kampung halamannya di Kirkcaldy, Scotlandia ke London, Dengan berat hati dia harus meninggalkan klub sepakbola amatir yg selalu dibelanya : Kirkcaldi Wanderer, demi mencari penghidupan yg lebih baik.
Berbekal kemampuan di bidang teknik, David Danskin muda diterima bekerja di pabrik senjata Royal Arsenal yg berbasis di Woolwich.
Dia ditempatkan di workshop Dial Square. Jalan takdir sepertinya tak menjauhkan Danskin dari sepak bola, Ditempatnya bekerja dia berjumpa dengan beberapa orang yg juga ter-gila2 sepakbola.
Diantaranya : Jack Humble & Elijah Watkins juga mantan pemain Nottingham Forest Fred Beardsley dan Joseph Bates.

Mengetahui adanya orang orang yg punya minat sama, Danskin tampil kemuka. Dia mengorganisasikan 15 orang peminat sepak bola dan menggalang pengumpulan dana, Setiap orang wajib menyumbang 6 Penny dan untuk menambah lebih banyak, Danskin merogoh koceknya lebih dalam lagi, Dia menyumbang 3 Shilling.
Mereka lantas mengadopsi DIAL SQUARE menjadi nama klub barunya.

Sabtu, 11 Desember 1886 menjadi hari yg sangat bersejarah bagi tim yg baru terbentuk itu. Saat itulah mereka menjalani pertandingan pertama menghadapi EASTERN WANDERERS di Isle of Dogs, Dan tanpa diduga mereka menang : 6 - 0.

Namun meski menang besar 6 - 0 : Watskin tidak merasa puas, Dia secara khusus mengeluhkan kondisi lapangan.
" Lapangan itu sungguh yg terburuk yg pernah saya lihat dan saya pakai, Saya tak punya kata kata yg pas untuk menggambarkannya, Sekitar dua per tiganya tak berbeda dengan halaman belakang rumah, bagian lainnya seperti kubangan atau parit. " ungkap Watkins.
Keluhan itu menjadi salah satu topik yg dibahas dalam evaluasi di Royal Oak, markas dimana mereka berkumpul, Dua pekan kemudian hasilnya mereka memilih Plumstead Common sebagai tempat bertanding.

Nama Dial Square pun mereka ganti menjadi : Royal Arsenal, Disamping itu dibahas pula soal kostum, Mengenai kostum Beardsley dan Bates yg kemudian berperan dengan meminta pertolongan eks klubnya : Nottingham Forest.

Plumstead Common tak lantas menjadi home base tetap, Selama musim 1887 Royal Arsenal bermain di Sportsman Ground, Setelah itu mereka pindah lagi ke Manor Ground, Lalu beralih ke Invicta Ground pada tahun 1890, Tiga tahun kemudian ( 1893 ) mereka kembali ber home base di Manor Ground.

Guna menambah kekuatan tim, Danskin tak henti2 nya merayu para pekerja lain yg punya latar belakang sepak bola, beberapa orang yg kemudian berhasil
diajak bergabung adalah : Peter Connolly, Humphrey Babour, J.M. Charteris, John Mc Bean, dan Walter Scott, kemudian pada tahun 1888 Richard Horsington eks pemain Swindon Town ikut bergabung.

Kiprah Royal Arsenal lumayan mengemuka, Pada tahun 1889 - 1990 mereka berhasil menjuarai Kent Senior Cup, Gelar itu bak hiburan sangat besar bagi Danskin yg terpaksa pensiun dini sebagai pemain gara gara mengalami cedera saat menghadapi Clapton pada bulan Januari 1889.

Pada musim yg bersamaan, mereka menjadi runner up di London Senior Cup, ketika dikalahkan 0 - 1 oleh Old Westminters, Namun pada musim berikutnya ( 1889 - 1890. H ) mereka bisa membalas dengan mencukur St Bartholomew's Hospital : 6 - 0

Seiring prestasi yg makin memuncak para pemain Royal Arsenal mulai di lirik klub klub lain, Waspada terhadap ancaman tsb, Royal Arsenal berubah menjadi klub sepakbola profesional pada tahun 1891 dengan nama WOOLWICH ARSENAL.
Perubahan status dari amatir menjadi profesional justru membuat Woolwich Arsenal terisolasi, Klub klub amatir tak mengizinkan mereka bermain di kompetisi amatir. Baru pada tahun 1893 mereka dirangkul Football League dan bergabung di Divisi II.
Woolwich Arsenal mendapat promosi ke Divisi I pada tahun 1904, namun kiprah mereka tak gemilang, Klub cikal bakal Arsenal sekarang ini saat itu tak lebih dari klub medioker. Kiprah mereka justru dibayang bayangi krisis keuangan karena besarnya pengeluaran sedang pemasukan sangatlah kecil.

Perubahan besar terjadi ketika Henry Norris datang pada tahun 1910, Dua tahun kemudian pengusaha terkemuka di London itu resmi menjadi Chairman dengan membeli mayoritas saham Woolwich Arsenal.
Prihatin atas kondisi klubnya, Norris berjuang keras : Pertama dia mengajukan merger dengan Fulham, namun rencana itu ditolak Football League, Tak kehabisan akal dia mengalihkan home base Woolwich Arsenal ke Highbury di London Utara, langkah kedua ini diyakini Norris akan membuat keuangan klub membaik.

Lewat pengorbanan tenaga, waktu, dedikasi dan uang yg tentu sangat banyak untuk membangaun stadion baru, Norris akhirnya bisa tersenyum bahagia ketika Stadion Highbury berdiri pada tahun 1913 dan setahun berikutnya atau pada tahun 1914 embel embel nama Woolwich resmi ditanggalkan lalu klub namanya menjadi ARSENAL. Sayangnya di musim 1914 itu ARSENAL justru harus degradasi ke Divisi II lagi.

Dua musim berkutat di Liga Divisi II, kiprah ARSENAL terhenti saat Perang Dunia I, Seperti halnya klub klub lain mereka mati suri selama 4 tahun.
Geliat kembali terlihat pada tahun 1919 lewat lobby intensif Norris bisa memengaruhi para petinggi klub klub lain dan pihak Football League sehingga ARSENAL kembali ke Divisi I dengan mengorbankan Tottenham Hotspur.

Meski terkesan licik, langkah ini merupakan awal pertanda kejayaan ARSENAL.
Sejak itu The Gunners tak pernah lagi degradasi, Langkah signifikan diambil Norris pada tahun 1925 dengan merekrut Herbert Chapman sebagai Manager.
Pertama Chapman menghilangkan campur tangan Norris di Tim, Kedua dia meminta dukungan dana dalam upaya merekrut pemain pemain bagus, salah satunya Charlie Buchan dari Sunderland.

Tangan dingin Chapman langsung terlihat pada musim pertamanya, ARSENAL sanggup bertengger di posisi Runner up.
Musim berikutnya ( 1926 - 1927 ) ARSENAL menembus Final Piala FA.
Sayang di Final ARSENAL yg dimotori Charlie Buchan dkk takluk 0 - 1 oleh Cardiff City, gara gara blunder kiper Dan Lewis.

Seiring hukum yg menjerat Norris pada tahun 1929 akibat penyelewengan keuangan dalam transfer Buchan, Chapman memegang kekuasaaan lebih besar, Bermodal wibawa dan reputasinya dia bak magnet bagi para pemain besar untuk bergabung dengan ARSENAL, sebut saja : Joe Hulme, Cliff Bastin dan Alex James.
Bastin tanpa ragu berkata : " Chapman punya aura kebesaran. Pada kesempatan pertama saya langsung terkesan olehnya, Dia mampu menularkan kepercayaan diri dan inspirasi kepada orang2 diekitarnya. "

Berbekal pemain2 bagus yg diboyongnya, Chapman akhirnya mampu membawa ARSENAL ke tangga juara pada musim 1930 - 1931.
Meski kerap di olok2 dengan sebutan : Boring ARSENAL dan LUCKY ARSENAL, The Gunners tampil luar biasa.
Sepanjang musim 1930 - 1931 itu ARSENAL mencetak 127 Gol. Sekaligus melengkapi gelar juara Piala FA yg direngkuh musim sebelumnya lewat kemenangan 2 - 0 atas Huddersfield.

Dalam pandangan Bastin, Tim musim itu adalah yg terbaik. " Formasi sebelas pemain pada musim itu adalah yg terbaik sepanjang karier saya. " ungkapnya.

Gelar itu diulangi pada musim 1932 -1933 dan 1933 - 1934, Namun pada gelar terakhir Chapman tak sempat merayakan gelar karena keburu dijemput maut pada Januari 1934 akibat Pneumonia.
Untungnya kejayaan tak lantas berakhir, Dibawah George Allison Direktur merangkap Manager, ARSENAL melengkapi gelar dengan merebut Hattrick pada tahun 1934 - 1935.

Dibawah kepemimpinan George Allison, The Gunners tak pernah kelauar dari papan atas, bahkan dia mampu menambah satu gelar juara lagi pada tahun 1937 - 1938.

Sayang kejayaan ARSENAL yg tengah menanjak ini harus terhenti oleh berkecamuknya Perang Dunia ke 2.

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Fa_SativaCO

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger